Rabu, 18 Juli 2018

Lelaki Pemberani

Dahulu sekali, aku pikir urusan berkunjung ke rumah ialah hal yang mudah. Bagaimana tidak, semesta sebelumnya hanya mendekatkanku dengan orang yang lingkup rumahnya tidak jauh dari rumahku. Satu jam paling jauh dan ia sudah bisa berkunjung ke rumah. Bertemu Mamah dan Bapak, lantas berbincang sikit lalu ijin pamit hendak mengajak keluar untuk sekedar makan bakso pinggir jalan atau menonton film akhir pekan.

Namun nyatanya semesta ingin mengubah pikiranku.
Di dekatkan lah aku dengan seseorang yang berbeda provinsi. Lantas, urusan berkunjung ke rumah jadi hal yang cukup sulit.

Bagaimana tidak?
Ia harus naik transportasi umum agar cepat sampai ke kotaku. Melewati beberapa kota untuk sampai ke kotaku. Iya, ia bisa saja naik kendaraan pribadinya tapi macam mana dia tahu rumahku dengan persis? Menginjakkan kaki di Jawa Barat pun hanya bisa diitung jari tangan. Apalagi harus ke rumahku yang bisa dibilang mungkin ngga ke-deteksi GPS wkwk. Ngga sampai hati aku biarkan ia bersusah-susah. Lantas, ku minta ia naik kereta saja. Biar cepat. Biar aku bisa dengan mudah menjelaskan. Ah, perihal berkunjung ke rumah tak lagi urusan mudah ternyata.

Perihal berkunjung ke rumah bagi para lelaki memang bukan hal yang mudah. Terlepas dari dekat atau jauhnya jarak yang ditempuh. Berkunjung ke rumah perempuan selalu membutuhkan keberanian. Karena mereka harus bisa menjawab berbagai kemungkinan pertanyaan yg hendak dilontarkan orang tua sang perempuan. Kalau sudah mantap dan siap, pertanyaan apapun bisa dijawab dengan tenang. Namun lain cerita bila hati masih diliputi ketakukan akan bagaimana nanti kedepannya. Apakah benar atau salah. Apakah ini saatnya atau bukan. Macam itulah. Ya, lelaki memang harus pemberani.

Macam ia yang rela jauh-jauh datang ke rumahku. Menempuh ratusan kilometer dan meluangkan waktu disela kesibukannya hanya untuk berkunjung ke kotaku; bertemu Mamah Bapak.
Lantas meminta izin di depan Mamah Bapak, untuk membahagiakan anak perempuan mereka. Ia terlihat tenang dan berbicara pun dengan lancar, namun kenapa hatiku yang degdeg-an? Hahaha

Terimakasih telah menjadi lelaki pemberani, Mas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar