Senin, 03 Februari 2020

Dia


Dahulu sekali, saya ialah pribadi yang senang menulis tentang sendu, sepi, sendiri, dan menanti. Kalau sedang hujan atau cuaca mendung sedikit, dikit-dikit melow. Hahaha 
Sekarang, sejak hadirnya mas Fiqi, mendadak tak bisa saya melow-melow. Dah hujan dan mendung pun rasanya sudah tak bekerja lagi otak ini untuk memproses sendu, sepi, sendiri dan menanti. Lah wong yang dinanti sudah ada disisi. Eeeaaa WKWKWK

Ada rasa syukur yang membuncah dalam dada tatkala sadar bahwa saya tlah berstatus istrinya. Banyak waktu dapat dilewati bersama. Tanpa khawatir ia pulang bagaimana dan aku tidur sendirian di kamar kos-kosan. Arah pulang kita sama. Tujuan kita sama. Semua rasa insecure saat masih pacaran dan tunangan dulu sudah melebur. 

Dia, suamiku, mas Fiqi, tempat ternyaman untuk ndusel-ndusel. Rasanya hangat dan lembut berada dalam rengkuhannya. Dalam dekapannya, saat dunia tak berjalan sesuai rencana kita. Atau setelah beradu argumen kecil dengannya. Pelukannya selalu menjadi tempat ternyaman untuk menuntaskan segala rasa. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar